Kisah Aktifis yang Ditemukan Tewas Terbungkus Plastik

Leonardus Nugroho

topmetro.news – Budiarti, 61 tahun, masih percaya api keadilan dapat terus menyala bila Joko Widodo tetap menjabat sebagai Presiden Indonesia. Pasalnya, 21 tahun lalu, putra sulungnya Leonardus Nugroho Iskandar alias Gilang, tewas mengenaskan dengan kondisi jasad terbungkus plastik.

Gilang merupakan korban keberingasan rezim militeristik era Orde Baru.

Dia ditemukan oleh petani Magetan, telah tewas dan dikuburkan dengan kondisi tangan kanan terikat di pohon. Tangan tersebut menyembul ke atas permukaan tanah. Diketahui, terdapat luka tembak di tubuh Gilang, badannya sobek terkena senjata tajam, nampak jelas beberapa organ tubuhnya keluar.

Hal tersebut dikisahkan oleh Budiarti, saat dijumpai media di Hotel Cemara, Jakarta Pusat.

“Jasadnya ditemukan di dalam hutan di Magetan, dekat Sarangan sama petani. Tangan kanan anakku diikat di pohon. Mayatnya diuntel-untel plastik lalu dikubur asal-asalan. Asal masuk lubang saja. Seingatku ada dua luka tembak di pundaknya dan satu di ulu hati,” ucap Budiarti dengan raut wajah pilu.

Bekerja Sebagai Pengamen

Sepengetahuannya, kegiatan Leonardus Nugroho sehari-hari hanya bekerja sebagai pengamen. Dengan cara ini, Gilang menafkahi kebutuhan keluarga dan bisa membantu menyekolahkan keempat adiknya. Budiarti merupakan proletariat yang bekerja sebagai buruh jahit di sebuah konveksi lokal di Surakarta, Jawa Tengah. Suaminya, bekerja sebagai guru agama di suatu yayasan di sana.

“Anak saya hanya tamatan SMA, bukan anak kuliahan. Tapi, dia memang berkeinginan mengubah nasib keluarga, untuk adik-adiknya membekali diri dengan ilmu sebagai bekal masa depan. Kata Gilang, kita harus semangat, harus bisa mengubah nasib kita di masa depan. Karena kita hanya orang miskin dan bodoh, kita harus berubah agar tidak gampang difitnah oleh orang-orang. Itu amanatnya almarhum Gilang kepada saya,” tutur Budiarti.

Pada suatu hari, Leonardus Nugroho izin kepada bundanya untuk pergi dari rumah untuk bekerja selama dua hari. Namun, Gilang tidak jujur kepada dia mengenai jenis pekerjaan yang akan dilakukannya. Dia hanya berbisik pamit di telinga Budiarti, akan pergi survei bersama ‘orang penting’ ke Magetan.

Ia melanjutkan, bila dalam tugas tersebut putra sulungnya belum kembali juga, maka dapat ditanyakan langsung ke mahasiswa di Surakarta.

BACA JUGA | Titiek Soeharto: Tujuan Berpolitik itu Luhur, Bukan Memecah Belah

Mendapat Firasat Buruk

Suatu malam, Budiarti mendapat firasat buruk yang datang dari mimpi. Gilang pulang dalam kondisi merintih kesakitan, sesambat menangis peluh di pundaknya.

“Dalam mimpi itu, karena anak saya merintih, menangis memanggil saya. Saya bangun, lalu keluar rumah dan dia (Gilang) tidak ada. Seperti sukma yang disiksa, disambat. Saya tunggu hingga fajar dan Azan Subuh, itu ternyata anak saya tidak pulang juga,” kisahnya.

Setelah itu, bersama suami, Budiarti membuat laporan ke kantor polisi perihal anaknya yang hilang. Namun, pihak kepolisian tidak tahu-menahu persis soal keberadaan anaknya, saat itu.

Tidak berselang lama, datang seorang praktisi hukum mendatangi kediaman Budiarti. Ia membawa kabar duka dengan ditemukannya jenazah dengan ciri-ciri seperti Gilang. Bagi Budiarti informasi itu seperti petir menyambar. Karena sejauh ini ia sudah kehilangan jejaknya. Dan ternyata sang putra sulung memang hilang untuk selamanya.

“Beberapa hari kemudian justru yang datang kepada saya, seorang pengacara yang membaca dari surat kabar di Solo. Jika ada mayat ditemukan ciri-cirinya mirip dengan anak saya. Dan memang benar adalah Gilang yang meninggal di dalam hutan,” tuturnya.

Ia menceritakan, selanjutnya jenazah Gilang baru bisa dievakuasi setelah mendapat otopsi dan dikirim ke Solo dengan bantuan para mahasiswa. Untuk selanjutnya, Leonardus Nugroho dimakamkan secara layak di TPU Purwoloyo, Jebres, Jawa Tengah.

Aktifitas Leonardus Nugroho

Leonardus Nugroho Iskandar atau Gilang adalah seorang aktivis serta pengamen yang sering terlibat aksi dengan mahasiswa di Yogya dan Solo. Hal ini pula yang diyakini menyebabkan sosok ini aktif ikut dalam setiap aksi demonstrasi untuk menuntut perubahan. Ia dikenal kerap tampil sebagai orator.

Gilang alias Leonardus Nugroho Iskandar tutup usia saat berumur 21 tahun. Dia hilang pada April 1998 di Solo dan ditemukan tiga hari kemudian di Magetan, Jawa Timur, dalam keadaan meninggal dengan kondisi nahas,. Terdapat beberapa luka tembak dan sayatan sajam di tubuhnya.

Tahun 1998 menjadi tahun bersejarah bagi Bangsa Indonesia, dengan tumbangnya rezim otoriterisme Soeharto yang telah berkuasa menjadi pemimpin Indonesia dan baru lengser setelah 32 tahun lamanya.

sumber | tagar.id

Related posts

Leave a Comment